GERAKAN PKK DIMASA DEPAN DI KOMPLEK PERUMAHAN
PKK adalah singkatan dari Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Singkatan
PKK sepertinya lebih membudaya dari pada kepanjangannya. Tidak semua
masyarakat khususnya ibu-ibu memahami pengertian PKK. Bagi kader PKK
tentu menyadari betul eksistensi gerakan ini yang bersifat nasional.
Namun, bagi ibu-ibu yang masih awam, PKK tidak bedanya dengan arisan
saja. Yakni, suatu kegiatan pertemuan ibu-ibu yang dilaksanakan rutin
setiap bulan dengan jamuan sekedarnya. Acara pun dikemas sedemikian rupa
sehingga terkesan santai dan kekeluargaan. Beruntung bila ibu ketua
PKK-nya hadir dan memberikan pembinaan ke arah kesejahteraan keluarga.
Kalau ketua PKK tidak hadir dan pengurus tidak siap, jadilah pertemuan
PKK menjadi acara ritual makan bersama. Lebih parah lagi bila pengurus
PKK tidak paham hakekat PKK itu sendiri. Pertemuan PKK menjadi ajang
kontes baju, perhiasan, pamer tabungan, ngrumpi kian kemari yang tak
berujung pangkal. Namun, banyak juga kader PKK yang sungguh-sungguh
telah memerankan diri sebagai kader. Tidak saja menjadi motor penggerak
PKK, namun juga dapat dijadikan teladan bagi anggota, baik cara
bertutur maupun bersikap. Hanya saja perannya sebagai penggerak jangan
kebablasan menjadi otoriter. Mentang-mentang kader lalu mengatur
segalanya (penentu pengambilan keputusan) tanpa mengindahkan
musyawarah untuk mencapai mufakat. Kader semacam inilah yang lalu
mencemari citra PKK menjadi buruk. Ujung-ujungnya anggota PKK menjadi
enggan datang pada saat pertemuan, apalagi ikut berperan aktif dalam
berbagai kegiatan PKK lainnya, seperti posyandu, PMT, UPGK, dan lain
sebagainya.
Kondisi demikian tentu tidak berlaku secara umum. Setidaknya menjadi wacana bagi kita dalam memperingati Hari Kesatuan Gerak PKK yang jatuh pada tanggal 27 Desember 2006 untuk segera instrospeksi diri, mau dikemanakan (baca : eksistensi) PKK di masa datang. Hingga masuk era globalisasi yang menuntut peran ibu lebih maksimal dalam wadah PKK, masih banyak PR besar yang harus segera dikerjakan. Bagaimana mengubah PKK dari paradigma lama ini menjadi paradigma baru dengan tetap berpegang pada Pancasila dan UUD 1945,serta dasar hukum yang mengatur PKK guna menyongsong gerakan PKK di masa depan?
Hakekat Gerakan PKK
PKK adalah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor / penggeraknya untuk membangun keluarga sejahtera sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat ( Pedoman Pelaksanaan Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan : 5 ). Pengertian ini secara lengkap telah termaktub dalam Buku Pintar PKK yang bunyinya sebagai berikut :
“PKK adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkjecil dalam masyarakat guna menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan, dan membina keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera”.
Kondisi demikian tentu tidak berlaku secara umum. Setidaknya menjadi wacana bagi kita dalam memperingati Hari Kesatuan Gerak PKK yang jatuh pada tanggal 27 Desember 2006 untuk segera instrospeksi diri, mau dikemanakan (baca : eksistensi) PKK di masa datang. Hingga masuk era globalisasi yang menuntut peran ibu lebih maksimal dalam wadah PKK, masih banyak PR besar yang harus segera dikerjakan. Bagaimana mengubah PKK dari paradigma lama ini menjadi paradigma baru dengan tetap berpegang pada Pancasila dan UUD 1945,serta dasar hukum yang mengatur PKK guna menyongsong gerakan PKK di masa depan?
Hakekat Gerakan PKK
PKK adalah gerakan yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor / penggeraknya untuk membangun keluarga sejahtera sebagai unit atau kelompok terkecil dalam masyarakat ( Pedoman Pelaksanaan Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan : 5 ). Pengertian ini secara lengkap telah termaktub dalam Buku Pintar PKK yang bunyinya sebagai berikut :
“PKK adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai motor penggeraknya untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkjecil dalam masyarakat guna menumbuhkan, menghimpun, mengarahkan, dan membina keluarga guna mewujudkan keluarga sejahtera”.